Rabu, 22 Maret 2017

Lupa Itu Tidak Ada



Lupa. Apa itu lupa?

Sedari kecil hingga beranjak dewasa tanpa kita sadari kita selalu diajarkan tentang hal-hal yang bersifat menghafalkan, mengingat, dan mengulang. Baik itu berupa nasihat, larangan, pembelajaran, dan lain sebagainya yang berasal dari kedua orang tua, guru saat kita duduk di bangku sekolah, atau pun pengajar saat kita memasuki jenjang perkuliahan, serta siapapun itu.

Kita ambil contoh ketika kita masih duduk di bangku sekolah. Sehari-hari kita terus dihadirkan dengan proses menghafal atas pelajaran-pelajaran yang diberikan oleh guru kita. Selanjutnya kita akan dipaksa untuk mengingat apa yang telah kita hafalkan tersebut untuk digunakan pada saat menghadapi ujian. Begitulah proses tersebut berlangsung berulang-ulang sepanjang hidup kita.

Namun, pernahkah kita sadari bahwa seiring dengan perjalanan dan dinamika hidup yang kita alami, terdapat beberapa momentum kehidupan yang memaksa kita untuk belajar akan suatu hal yang bernama "lupa". Kita membutuhkan hal tersebut namun kita tidak pernah tahu persis bagaimana caranya. Mengapa? Karena kita terbiasa untuk menghafal, mengingat, dan mengulang selama kita hidup. Bahkan kita terkesan sangat antipati dengan kata "lupa" yang biasanya memang seolah-olah merupakan hal yang negatif bagi khalayak umum.

Pada akhirnya dengan segala keterbatasan yang kita miliki akan hal yang bernama "lupa" itu, kita berusaha memodifikasinya dengan hal lain yang memiliki esensi sama. Demi mendapatkan esensi tersebut, hal yang bisa dilakukan hanyalah sebatas menambah hafalan dan ingatan baru untuk mengisi ruang-ruang kosong di memori kita. Sehingga ingatan-ingatan lama pun dengan sendirinya akan terkubur dan tergantikan dengan ingatan-ingatan baru. Dengan demikian, seiring berjalannya waktu kita bisa mendapatkan esensi dari hal yang bernama "lupa" itu. Sebuah hal yang seringkali kita hindari, namun tak jarang kita butuhkan.

Jadi, apa itu lupa? Lupa itu tidak ada. Yang ada hanyalah mengubur ingatan lama dengan ingatan yang baru. Dan berusaha untuk tidak mengulang kembali ingatan yang telah terkubur itu. Karena sesungguhnya "lupa" adalah kegagalan untuk mengingat.

"Jalan yang menjadi pilihannya untuk menghadapi kenyataan yang ada. Yang kemudian terpaksa  kupilih pula menjadi jalanku. Waktu dan cara yang membuat segalanya begitu berbeda"