Selasa, 11 Agustus 2020

Menggapai Rumah Impian dengan Belajar dari Masa Pandemi

 

Sumber foto : kiprah.pu.go.id



“Rumahku, istanaku”. Peribahasa tersebut mungkin pernah kita dengar dulu. Ya, sepertinya masih sering terngiang dalam ingatan kita. Namun, slogan-slogan yang berkaitan dengan rumah seperti “di rumah saja”, “stay at home”, “work from home”, hingga “learn from home” lebih sering terdengar di telinga kita belakangan. Segala aktivitas saat ini selalu dikaitkan dengan rumah sebagai representasi sebuah keamanan yang seolah dapat membentengi diri kita dari berbagai ancaman di luar.  Memiliki rumah sebagai tempat tinggal sepertinya memang selalu menjadi hal diimpikan kebanyakan dari kita. Terlebih ketika kita menghadapi situasi tidak terduga seperti belakangan ini yang mengharuskan untuk tetap berada di rumah. Alangkah indahnya membayangkan bilamana kita telah memiliki rumah sebagai tempat bernaung. Akan tetapi, bagi sebagian dari kita yang telah memiliki rumah sebagai tempat tinggal, untuk tetap berada di dalamnya seperti saat pandemi ini justru merupakan sebuah tantangan. Mengapa kontradiksi tersebut bisa terjadi? Adakah hal-hal yang terlupakan berkenaan dengan rumah itu sendiri?

Berada dalam suatu tempat yang sama untuk kurun waktu yang tidak sebentar, tentu saja memerlukan kenyamanan ekstra. Sebagai tempat tinggal, seringkali kita melupakan berbagai aspek yang seharusnya hadir di dalam rumah. Sebagian besar dari kita memang lebih banyak beraktivitas di kantor, kampus, sekolah, atau pun di tempat-tempat outdoor, sehingga tempat tinggal yang ada hanya dijadikan tempat untuk melepas lelah, bukan sebagai tempat utama untuk menjalankan aktivitas sehari-hari. Kini di masa seperti ini, semuanya telah berubah. Untuk merubah kebiasaan tersebut, tentunya memerlukan adaptasi sebagai bentuk kompromi menghadapi realita yang ada. Tentu itu bukanlah hal yang mudah.

Demi meminimalisir hal-hal negatif yang membuat kita merasa tidak nyaman untuk berada di rumah, maka beberapa hal perlu dilakukan. Salah satu hal utama yang perlu dillakukan adalah rekonstruksi ulang mindset kita mengenai hal yang kita sebut sebagai “rumah”. Rumah memang hanyalah salah satu jenis bangunan tempat tinggal. Akan tetapi, jauh lebih dari itu kita harus memaknai rumah sebagai tempat kita akan kembali dari mana pun kita pergi. Rumah juga dapat dimaknai sebagai benteng yang melindungi kita dari berbagai macam ancaman. Idealnya, rumah pun harus dimaknai sebagai tempat dimana kita paling merasa nyaman ketika kita berada di dalamnya. Ketika kita berhasil menanamkan makna rumah yang hakiki dalam diri kita, untuk tetap berada di dalam rumah dalam kurun waktu yang relatif lama, bukanlah sesuatu yang menakutkan untuk dilakukan.

Jika peribahasa “kebersihan adalah sebagian dari iman” pernah kita dengar, sebaiknya peribahasa tersebut dapat kita realisasikan di tempat tinggal kita. Bagaimana mungkin kita berupaya untuk tetap menjaga kesehatan dengan berada di dalam rumah, tetapi rumah yang kita tinggali tidak mengakomodir aspek kebersihan yang menjadi penopang utama bagi kesehatan? Ketika aspek kebersihan dipenuhi, rasa nyaman pun akan timbul beriringan. Di samping itu, untuk menghadirkan rasa nyaman ketika berada di rumah, perlu diperhatikan sisi keamanan dari rumah tersebut. Aspek keamanan harus dipenuhi guna mencegah hal-hal yang tidak diinginkan untuk terjadi. Sebagaimana benteng yang kokoh, tempat tinggal harus dapat berperan sebagai pelindung diri kita sebagai objek pokok yang ada di dalamnya bersamaan dengan unsur-unsur lain yang harus terlindungi dengan baik. Lebih jauh lagi, fungsi rumah sebagai tempat tinggal juga harus diimbangi dengan berbagai aspek penunjang agar kita dapat melakukan berbagai kegiatan atau aktivitas sehari-hari ketika berada di dalam rumah seperti melakukan pekerjaan, menimba ilmu, beribadah, hingga berolahraga.

Berkaca pada fenomena yang ada, apabila hal-hal yang telah disebutkan sebelumnya dapat kita penuhi, rasanya untuk tetap berada di dalam rumah bukanlah sebuah hal yang begitu berat untuk dilakukan. Terlebih lagi apabila kita dapat membangun suasana yang harmonis dengan menghadirkan komunikasi dan hubungan yang baik antar pribadi yang menghuni rumah tersebut seperti orang tua, pasangan, hingga anak-anak kita. Dengan belajar dari kejadian-kejadian yang terjadi di masyarkat ketika pandemi, selagi kita merencanakan dan mengupayakan agar kita dapat memiliki rumah impian, sudah semsetinya kita dapat mempersiapkan rumah tersebut sebagai tempat terbaik bagi diri kita kelak. Hal tersebut dilakukan demi menghindari hal-hal negatif yang dapat terjadi kembali di kemudian hari. Dengan demikian, peribahasa “rumahku, istanaku” tidak hanya menjadi peribahasa belaka, namun secara nyata dapat diwujudkan ketika kita memiliki rumah sebagai tempat tinggal dan bernaung.

Dengan adanya pandemi yang telah terjadi, kita juga kembali belajar betapa pentingnya kepemilikan rumah bagi diri kita. Kita kembali memahami bahwa rumah sebagai tempat tinggal adalah kebutuhan pokok yang harus kita penuhi. Pemerintah Indonesia pun melalui Ditjen Penyediaan Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah melakukan berbagai upaya agar masyarakat dapat memiliki rumah impian. Program Satu Juta Rumah, Program Pembangunan Berbasis Komunitas, hingga Program Subsidi Kredit Perumahan Rakyat (KPR) dengan menggunakan skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) dihadirkan demi memenuhi kebutuhan masyarakat. Dari sisi internal pribadi masing-masing, kita wajib mengupayakan agar impian untuk memiliki rumah dapat terwujud. Akan tetapi sebagai warga negara yang baik, upaya yang kita lakukan harus bersinergi dengan kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah demi terciptanya harmonisasi antara kebutuhan pribadi diri kita dan kehidupan bersama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar